Tahlilan dianggap syirik oleh Mahrus Ali, seorang kakek tua yang mengaku-ngaku sebagai Mantan Kyai NU,
dengan alasan karena didalamnya terdapat Shalawat Nariyah dan qasidah
yang dianggap bid’ah dan penuh dengan kesyirikan. Karena adanya
shalawat bid’ ah dan penuh kesyirikan ini maka menurut Mahrus Ali dengan sendirinya tahlilan ini juga bid’ah dan penuh kekufuran
Mengenai tuduhan syirik terhadap
tahlil akibat adanya shalawat Nariyah ini, akan kami (Tim Sarkub)
beberkan dalam artikel terpisah untuk menjawab tuduhan shalawat
Nariyah.
Sedangkan bacaan lainya yang dianggap syirik oleh Mahrus Ali dalam tahlilan sehingga tahlilnya pun ikut syirik pula adalah adanya shalawat bid’ah lainya.
Diantara shalawat lain dalam tahlil yang dianggap bid’ah oleh Mahrus Ali adalah:
اَللَّهُمَ صَلِّ اَفْضَلَ
الصَّلاَةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ مَخْلُوْقَاتِكَ
وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كَلَّمَا ذَكَرَ كَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ
ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.
” Wahai Tuhanku,
tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk-Mu yang
paling bahagia, yang menjadi sinar petunjuk, penghulu, dan pemimpin
kami, yaitu Muahammad berikut kepada keluarga penghulu kami Muhammad
sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat –
kalimat-Mu, dikala orang – orang yang ingat berdzikir dan dikala orang –
orang lupa tidak berdzikir kepada-Mu”
اَللَّهُمَ صَلِّ عَلَى
اَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ سَمْشِ الضُّحَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ
مَخْلُوْقَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كَلَّمَا ذَكَرَ كَ الذَّاكِرُوْنَ
وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.
” Wahai Tuhanku,
tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk-Mu yang
paling bahagia, yang menyinari waktu dhuha (pagi ),penghulu, dan
pemimpin kami, yaitu Muahammad berikut kepada keluarga penghulu kami
Muhammad sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta
kalimat – kalimat-Mu, dikala orang – orang yang ingat berdzikir dan
dikala orang – orang lupa tidak berdzikir kepada-Mu”
اَللَّهُمَ صَلِّ
اَفْضَلَ الصَّلاَةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَاتِكَ بَدْرِ الضُّجَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ
مَخْلُوْقَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كَلَّمَا ذَكَرَ كَ الذَّاكِرُوْنَ
وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ.
” Wahai Tuhanku,
tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk-Mu yang
paling bahagia,yang menjadi penerang seolah-olah bulan purnama di waktu
pagi, yang menyinari waktu dhuha (pagi ),penghulu, dan pemimpin kami,
yaitu Muahammad berikut kepada keluarga penghulu kami Muhammad sebanyak
bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat – kalimat-Mu,
dikala orang – orang yang ingat berdzikir dan dikala orang – orang lupa tidak berdzikir kepada-Mu”
Kata Mahrus Ali, ”Kalimat
tersebut tidak pernah dilafalkan / diucapkan oleh para shahabat dan
tidak pernah diajarkan oleh Rasululloh SAW. Dan tidak dikenal di
kalangan tabi’in. Entah siapa yang mengarang shalawat tersebut . Setiap
pengarang kebid’ahan, tidak mau menampakkan namanya. Mungkin khawatir
ternoda atau namanya merosot dan takut dikritisi . Saya telah mencari
shalawat tersebut di dalam Ensiklopedi Fatwa Lajnah Da’imah lil Buhuts
al- ‘Ilmiyah wal Ifta’ al Su’udiyah, kumpulan fatwa ulama al- Azhar, al-
Utsaimin. Majmu’ Fatawa karya Ibnu Taimiyah dan didlam buku – buku
tafsir dan hadits, tenyata saya tidak menjumpainya. Jadi ulama sedunia,
tiada yang mengarang shalawat seperti itu. Untuk kalimat:
كَلَّمَا ذَكَرَ كَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْن
Insya
Allah bias dijumpai dalam kitab Dalailul Khairat yang menurut seluruh
ulama Saudi, kitab tersebut merusak akidah. Jadi besar kemungkinan
shalawat tersebut pengarangnya dari Indonesia, entah dari Jawa atau
Banjarmasin.
Sekali lagi bila alasan melarang,
membid’ahkan, mensyirikkan dan mengkufurkan shalawat, tidak perlu kami
ulangi lagi. jawabanya sama dengan permasalahan shalawat. Dan bagi kami
penganut Ahlussunnah Wal Jamaah sudah berketetapan hati, bahwa semua
bentuk shalawat itu adalah salah satu cara berdo’a kepada Alloh dengan
tawassul. Dan cara seperti itu dibenarkan bahkan diperintahkan oleh
agama berdasarkan kitabullah dan Sunnah Rasululloh SAW.
Untuk menuduh kesyirikan tahlil, H. Mahrus Ali menyatakan,” Di penghujung majlis tahlilan bisaanya ditutup dengan dua kasidah syirik sebagai berikut:
هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِى تُرْجَى شَفَاعَتُهُ لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ اْلاَهْوَالِ الْمُقْتَحَم
“ Dia ( Muhammad ) kekasih yang syafaatnya selalu diharap pada setiap bahaya yang menimpa”
Menurut Mahrus Ali,” Kesyirikan di
sini menyatakan bahwa Muhammad SAW merupakan satu figure yang syafaatnya
diharapkan untuk melenyapkan segala bahaya dan penderitaan di dunia
maupun di akhirat bukan disandarkan kepada Alloh.
Hal senada juga dikemukakan H. Mahrus Ali dalam bukunya,” Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat Dan Dzikir Syirik “ .Dia mengatakan yang diantaranya dibaca dalam tahlil sebagaimana disebut diatas dan juga bait – bait lainya dalam kasidah burdah itu berlumuran syirik.
Ia dengan mengutip pendapat Ibnu al- ‘ Utsaimin mengatakan, “ Kalimat
tersebut sangat kufur, melampaui batas dalam memuji Rasulullah SAW .
Bagaimana pantas seorang penyair menyekutukan Alloh dengan sesuatu.
Rasulullah SAW mulia bukan karena namanya Muhammad, tapi karena beliau
adlah hamba dan utusan-Nya”
Syaikh al- ‘Utsaimin melanjutkan perkataanya,”
Sang penyair justru berlindung kepada Rasulullah SAW di akhirat, bukan
kepada Alloh Ta’ala. Penyair itu merasa akan binasa bila tidak mendapat
pertolongan Muhammad, sementara lupa kepada Alloh SWT yang di tangan-Nya
segala bahaya, manfaat, pemberian dan penolakan. Dialah Alloh SWT yang
akan menyelamatkan para kekasihnya dan orang – orang yang taat. Sang
penyair menjadikan Rasulullah SAW sebagai penguasa dunia akhirat, dan
menganggapnya sebagai bagian dari kedermawanan beliau. Dia mengatakan
bahwa Rasulullah SAW mengetahui perkara ghoib dan mengetahui tulisan di
Lauh Mahfuzh. Ini adalah kekufuran yang nyata dan keterlaluan dalam
memuji. Kita mohon kepada Alloh SWT agar diselamatkan darinya.
Kritikan H. Mahrus Ali bertentangan
dengan aqidah umat Islam di seluruh dunia yang meyakini adanya syafaat
Nabi Muhammad SAW. Pernyataan ini berarti secara jelas dia tidak
mengakui adanya keagungan Rasululloh SAW yang diberi keistimewaan oleh
Alloh untuk memberi syafaat kepada umatnya. Dan pernyataan ini juga
bertetangan dengan sabda Rasululloh SAW yang menyatakan bahwa beliau
mendpoatkan maqam mahmud , yaitu diberi izin khusus oleh Alloh untuk memberikan syafaat kepada umatnya.
Banyak sekali hadits – hadits Rasululloh SAW tentang syafaat ini. Diantaranya adalah:
“ Abu Hurairah RA berkata,” Kami
bersama Rasulullah SAW dlam suatu undangan, maka dihidangkan kepada
beliau daging paha kambing yang memang kesukaan beliau, dan ketika
menggigitnya beliau bersabda,” Sayalah yang paling terkemuka dri semua
orang pada hari kiamat. Tahukah kamu mengapa itu ? Alloh mengumpulkan
orang – orang yang dahulu dan yang terakhir dalam suatu lapangan, hingga
dpat terlihat semua dan terdengar semua dan mathari lebih dekat pada
mereka, hingga manusia telah risau yang tidak terderita rasanya. Mka
orang – orang mulai berkata,” Tidkkah kamu fikirkan penderitaan kami
ini, tidakkah diusahakan siapakah yang memberikan syafa’atnya kepda
Tuhan. Maka berkata sebagian ,” Ayah kami Adam. Maka pergilah mereka
kepada Adam dan berkata:” Wahai Adam, engkau ayah manusia, Alloh telah
menjadikan kau dengan tangan-Nya, dan dan meniupkan kepadamu dari ruh
dan menyuruh Malaikat bersujud dan menempatkan kau dalam surg. Tidakkah
engkau suka memberikan syafaatmu kepada Tuhan untuk kami, tidakkah
engkau lihat bagaimana penderitaan kami ini ?” Jawab Adam:” Tuhanku kini
telah murka yang belum pernah murka semacam ini dan Ia telah melarang
saya dri pohon, mendadak saya langgar, diriku , diriku, diriku, lebih
baik kamu pergi kepda selain aku, pergilah kepada Nuh. Maka pergilah
rombongan itu kepada Nabi Nuh dan berkata,” Wahai Nuh, engkau utusan
Alloh yang pertama ke bumi dan Alloh menamakan engku hamba syukur ,
tidakkan perhatikan keadaan kami ini, tidakkah engkau memberikan
syafaatmu kepada kami ini ?” Jawab Nuh,” Tuhan kini telah murka yang
belum pernah murka semacam ini, dan do’ – do’a yang diberikan Alloh
untukku telah saya pergunakan membinasakan kaumku, diriku , diriku,
diriku, pergilah kepada Ibrahim. Maka mereka pergi kepada Ibrahim, dan
berkata,” Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabiyulloh dan Khalilulloh dari
penduduk bumi, berikan pembelan syafaatmu untuk kami menghadap Tuhan,
tidakkah engkau lihat kedaan kami ini ? “ Jawab Ibrahim,” Tuhan kini
telah murka yang belum pernah murka semacam ini, dan saya telah tiga
kali berdusta, diriku , diriku, diriku, pergilah kamu kepda Musa. Maka
mereka pergi kepada Musa dan berkata,” Wahai Musa, engkau adalah utusan
Alloh, dan Alloh telah mengutamakan engkau dengan risalah dan
bicara-Nya, tolonglah berikan syafaatmu untuk kami kepada Tuhan,
tidakkah engkau lihat kedaan kami ini ? “ Jawab Musa,” Tuhan kini telah
murka yang belum pernah murka semacam ini, dan saya telah membunuh jiwa
yang tidak diperintahkan kepada saya, diriku , diriku, diriku, pergilah
kamu kepada Isa Maka mereka pergi kepada Isa dan berkata,” Wahai Isa,
engkau adalah utusan Alloh dan Kalimatullah yang telah diturunkan kepada
Maryam dank au telah dapat berbicara sejak di buaian, tolonglah berikan
syafaatmu untuk kami kepada Tuhan” Jawab Isa “Tuhan kini telah murka
yang belum pernah murka semacam ini, pergilah kamu kepada Muhammad SAW,
maka mereka dating kepadaku, dan berkata,” Hai Muhammad, engkau adalah
utusan Alloh dan penutup dari para Nabi, dan telah diampuni dosamu yang
telah lalu dan yang akan dating, tolonglah berikan syafaatmu untuk kami
kepada Tuhan, tidakkah engkau perhatikan keadaan kami ini”. Maka saya
pergi ke bawah Arasy lalu bersujud, dan Alloh mengilhamkan kepada saya
berbagai pujian yang kemudian diperintahkan kepadaku:
يَا مُحَمَّدُ اِرْفَعْ
رَأْسَكَ ,سَلْ تُعْطَهْ ,وَاشْفَعْ تُشْفَعْ,فَأَرْفَعُ رَأْسِى
فَأَقُوْلُ: أُمَّتِى يَارَبِّ, أُمَّتِى يَارَبِّ, أُمَّتِى
يَارَبِّ,فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ! أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ
لاَحِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْبَابِ اْلأَيْمَنِ مِنْ اَبْوَابِ
الْجَنَّةِ, وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيْمَا سِوَى ذَلِكَ مِن
اْلأََبْوَابِ, ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ اِنَّ مَا بَيْنَ
الْمِصْرَعَيْنِ مِنْ مَصَارِعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرَ,
أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَ بَصْرَى.متفق عليه
“ Wahai Muhammad, angkatlah mukamu
dan mintalah akan diterima, dan berilah syafaat, maka saya bangun dan
berkata,” Ummatku, hai Tuhan, Ummatku, hai Tuhan, Ummatku, hai Tuhan”,
maka diperintahkan:” Wahai Muhmmad, masukkan dari umatmu yng tiada
dihisab ke surga dari sebelah kanan, dan lain pintu bersama lain – lain
orang (ummat ) . kemudian Nabi bersabda,” Demi Alloh yang jiwaku berada
di tangan-Nya, sesungguhnya antara dua ambang pintu surga itu bagaikan
jarak antara Makka dan Hajar, atau antara Makkah dan Bashrah” ( H.R.Bukhari – Muslim )
Memahami hadits ini, tentu kita semua
bertanya, mengapa umat manusia pada saat itu berlindung kepada para
Nabi, kemudian nabi – nabi itu tidak ada yang sanggup menolong mereka,
sehingga kemudian mereka meminta pertolongan kepada Rasululloh SAW ?
Mengapa mereka tidak meminta pertolongan secara langsung kepada Alloh
saja ? Dalam hadits – hadits sebenarnya telah dijelaskan bahwa umat
manusia dan para nabi tidak ada yang berani memohon perlindungan kepada
Alloh secara langsung, karena pada saat itu Alloh menampakkan
kemurkaan-Nya yang begitu hebat yang belum pernah ditampakkan sebelum
dan sesudahnya.
Dalam hadits – hadits shahih disebutkan bahwa para nabi itu ketika dimintai pertolongan, mereka memberikan jawaban:
اِنَّ رَبّى قَدْ غَضَبَ الْيَوْمَ لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ .رواه البخارى (4343)
“Sesungguhnya Tuhanku kini telah
murka dengan kemrahan yang belum pernah terjadi sebelum dan sesudhnya” (
Shahih Bukhari ,4343 )
Kemurkaan Alloh pada hari kiamat yang
membikin gentar dan takut seluruh makhluk termasuk para nabi tersebut,
oleh Bushiri diekspresikan dalam keindahan bait al- Burdah berikut ini:
اِذَا الْكَرِيْمُ تَجَلَّى بِاسْمِ مُنْتَقِمِ
“ Pada saat Alloh menampakkan kemurkaan-Nya”
Dan inilah yang disebut dengan al- syafa’at al – uzhma
( pertolongan agung ) yang hanya dimiliki oleh Rasululloh SAW.
Sementara nabi – nabi yang lain tidak ada yang memilikinya. Dengan
syafa’at yang agung ini, seluruh umat manusia baik yang beriman maupun
yang kafir, kelak akan memuji jasa Rasululloh SAW karena telah
mengeluarkan mereka dari ketakutan dan kesusahan besar pada saat itu.
Dan ini yang disebut oleh umat manusia dengan al – maqam al- mahmud. Dalam al-Qur’an ditegaskan:
“ Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji “ ( Q.S.al Isra’ : 79 )
Sebenarnya persoalan al- syafa’at al – uzhma dan al – maqam al- mahmud tersebut telah menjadi kesepakatan kaum muslimin, termasuk kelompok Wahhabi, Al- ‘Utsaimin sendiri menyebutkan al- syafa’at al – uzhma dan al – maqam al- mahmud tersebut dalam kitabnya Syarh al ‘ Aqidah al-Wasithiyah ( hal. 525 – 528 ) dengan mengutip hadits Bukhari –Muslim. Akan tetapi persoalanya menjadi lain, ketika Al- ‘Utsaimin melihat al- syafa’at al – uzhma ini diekspresikan dalam keindahan sebuah syair oleh al-Bushiri, yang shufi sunni dalam Burdah-nya. Karena terbawa kebenciannya terhadap ajaran tashawwuf dan paradigmanya yang sempit dalam soal tawassul dan
bid’ah. Al- ‘Utsaimin berupaya mencari celah untuk dapat mengkafirkan
penulis al- Burdah dan para penggemarnya dari kalangan pecinta
tashawwuf, walaupun dengan bait – bait Burdah secara tidak proporsional.
Sehubungan dengan syafaat ini Rasululloh SAW bersabda lagi:
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: لِكَلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا,
وَأُرِيْدُ اَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِى شَفَاعَةٌ ِلأُمَّتِى فِى
اْلأَخِرَةِ .متفق عليه
“ Abu Hurairah RA berkata,”
Rasululloh SAW bersabda,” Setiap nabi mempunyai sebuah do’a yang
dikabulkan, yang dengannya ia berdo’a. Saya ( Nabi SAW) bermaksud
menyimpan do’akuy itu yakni untuk memberikan syafaat kepda ummatku di
akhirat” ( H.R.Bukhari – Muslim )
Imam Muslim menambahkan sabda beliau SAW itu dengan:
فَهِىَ نَافِلَةٌ اِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَيُشْرِكُ بِاللّهِ شَيْئًا
“ Syafaat itu akan diperoleh insya
Alloh Ta’ala bagi siapa yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan
sesuatu apapun dengan Alloh”
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ
حُصَيْنٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ يُسَمُّوْنَ
الْجَهَنَّمِيِيْنَ.رواه البخارى ابوداود وابن ماجه
Dari ‘Imran bin Hushain
RA,berkata,” Rasululloh SAW bersabda,” Ada satu kaum keluar dari neraka
dengan syafaat Muhammad SAW lalu mereka itu sama memasuki surga dan
mereka diberi nama Jahannamiyin ( bekas ahli Jahannam)” ( H.R.Bukhari,Abu Dawud dan Ibnu Majah )
Atas dasar hadits – hadits Rasululloh SAW ini nyatalah bahwa pernyataan Mahrus Ali adalah kebohongan besar dan sangat menyimpang dari ajaran aqidah Islamiyah,
terutama Kitabullah dan Sunnah Rasululloh SAW.dimana kita umat manusia
pada hari kiamat sewaktu dalam keadaan ketakutan dan kesusahan sangat
membutuhkan syafaat dari baginda Rasululloh SAW. Hanya Mahrus Ali dan
para pengikutnya saja yang tidak membutuhkan syafaat Rasululloh SAW
karena sudah mendapatkan tiket khusus untuk masuk surga. Dan dari sini
jelas pula kedudukan do’a atau bacaan shalawat al-Burdah yang dibaca dalam acara tahlilan tidak termasuk bacaan yang dilarang, apalagi mengandung unsur kesyirikan dan kekufuran.
0 komentar:
Posting Komentar